Open School dan Semangat Inklusif

Open School dan Semangat Inklusif

22 September 2018 Off By admin nesiatimes.com

(Epin Solanta, S.Sos, Staf Pengajar di SMA Bunda Hati Kudus, Grogol)

NESIATIMES.COM – Futurolog ternama, Alfin Toffler dalam sebuah bukunya berjudul The Third Wave  mengajukan sebuah ramalan atau prediksi tentang masyarakat informasi (the society information) yang dicirikan oleh determinisme (ketergantungan) teknologi yang sangat tinggi. Dalam keadaan yang demikian, ketika teknologi menggerogoti seluruh aspek kehidupan manusia, pilihan untuk senantiasa mengumandangkan semangat inklusif (terbuka) menjadi sesuatu yang tepat dan mutlak dilakukan. Pasalnya sikap keterbukaan itulah yang melahirkan adanya dialog atau proses interaksi kultural. Dua kelompok atau lebih saling berinteraksi. Dalam keadaan yang sama juga terjadi proses promosi, proses pengenalan produk, jati diri dan identitas dari suatu kelompok kepada kelompok yang lain. Dalam semangat inklusif ini tentu saja kita tetap memikirkan setiap risiko, maka baiklah kita juga berguru pada sosiolog India, Ibnu Khaldun yang terus mendendangkan semangat dan prinsip dasar berpikir kritis (crytical thinking) dan tidak bersikap taken for granted (menerima segala sesuatu begitu saja).

Uraian di atas merupakan awalan sekaligus pengantar dalam upaya untuk memaknai kegiatan open school di SMA Bunda Hati Kudus, Grogol yang dilaksanakan pada tanggal 14-15 September 2018. Usaha pemaknaan ini begitu urgen, sehingga open school tidak hanya dimaknai sebagai ritual tahunan, tetapi ada sisi lain yang perlu digali dan dimaknai untuk kepentingan kemajuan dari sebuah lembaga (pendidikan).

Sungguh menarik tatkala saya harus segera membuka kembali sekaligus mengenang (anamnesis) kegiatan open school yang dilaksanakan di BHK beberapa hari yang lalu. Sisi ketertarikan itu bukan hanya pada saat peristiwa itu terjadi pada tanggal yang ditentukan (tahap pelaksanaan). Tetapi sisi ketertarikan dimulai dengan tahap persiapan. Apa yang dilakukan? Tentu saja yang terjadi adalah semangat kolektivitas dalam bekerja. Semua pribadi yang bergabung dalam keluarga besar Bunda Hati Kudus, Grogol memainkan perannya masing-masing dalam menyukseskan kegiatan open school. Meskipun beberapa individu memiliki porsi yang sedikit lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Ada siswa, guru dan para karyawan yang bermalam di sekolah untuk mempersiapkan segala sesuatu secara matang. Untuk apa semuanya itu? Jawabannya jelas untuk mewujudkan sebuah misi yang sangat besar yaitu menyukseskan kegian open school sekaligus ingin menunjukkan kepada yang lain bahwa kami bisa karena ada semangat soliditas dan solidaritas.

Selanjutnya pada tanggal 14-15 September berlangsung kegiatan seperti sports game, edufair dan berbagai macam penampilan yang ditunjukkan oleh para siswa Bunda Hati Kudus, Grogol. Kolaborasi pembacaan puisi yang ditampilkan oleh adik-adik dari TK Bunda Hati Kudus, Grogol yang memadukan tiga bahasa yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin membuktikan bahwa mereka adalah generasi yang berpotensial. Tak hanya sisi epistemologis (pengetahuan) yang melekat pada mereka, melainkan juga mental untuk menarik simpati para penonton. Penampilan di atas panggung yang dilakukan oleh para siswa Bunda Hati Kudus, Grogol merupakan perpaduan mental dan kognitif. Keduanya berkolaborasi untuk suatu tujuan menghibur sekaligus juga mengedukasi para penonton.

Sementara itu di lapangan, terjadi adu gagasan, adu taktik dan juga adu mental yang dipertontonkan oleh para siswa SD dari beberapa sekolah. Mereka menampilkan semangat kolektivitas, persaudaraan dan juga solidaritas dan semangat sportivitas. Bahwa bagaimana proses untuk menjadi seorang pemenang (the winner) itu adalah yang terpenting. Tak melulu pada akhir, tetapi pada proses untuk sampai pada hasil akhir. Perpaduan antara otak dan otot menjadi sesuatu yang mutlak dibutuhkan di tengah kompetisi yang syarat akan ambisi meraih juara. Di atas semuanya itu, prinsip my game is fair play tentu saja menjadi harga mati yang harus dipegang teguh oleh para atlet.

Sementara itu, pada kesempatan yang lain, ada kegiatan edufair di tingkat SMA. Para siswa disuguhkan dengan berbagai macam pembekalan untuk mempersiapkan diri ketika naik ke jenjang berikutnya. Beberapa kampus ikut mempromosikan diri sekaligus menunjukkan kebolehan mereka sebagai bagian dari marketing untuk menarik simpatik dari para siswa. Tentu ada sisi positif dari semuanya ini yakni sebagai pegangan dan gambaran dasar bagi para siswa yang hendak memilih kampus dan jurusan. Sedangkan bagi pihak kampus, edufair menjadi ajang untuk meyakinkan para siswa, bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang baik.

Di Balik Open School

Sebagaimana yang sudah penulis tegaskan pada awal tulisan ini bahwa open school tak bisa hanya dimengerti sebagai ritual tahunan. Lebih dari itu, kegiatan open school yang berlangsung dua hari yaitu 14-15 September 2018 kemarin mengingatkan kita semua akan kekuatan dari semangat keterbukaan (inklusif), semangat sportivitas dalam bertanding, semangat kolaboratif (kognitif dan mental) dalam menghibur yang lain, semangat solidaritas dan soliditas dalam bekerja serta semangat meningkatkan modal sosial (jejaring) dalam bekerja. Akhirnya, sekolah Bunda Hati Kudus, Grogol yang bernaung di bawah Yayasan Asti Dharma tak hanya dimaknai sebagai bangunan fisik yang nirmakna. Ajang open school yang berlangsung kemarin menunjukkan kepada yang lain bahwa di dalam Sekolah Bunda Hati Kudus ada begitu banyak generasi muda yang bertalenta dan berbakat. Tugas bersama adalah bagaimana menyediakan wadah untuk mengembangkan talenta-telanta muda yang berbakat ini.

Selamat membaca!!!

 

 

(Red: EG)