5 Pemikiran yang Harus Ditanamkan Oleh Orang Tua Dalam Mengasuh Anak
19 September 2019NESIATIMES.COM – Untuk setiap anak, orang tua merupakan guru pertama yang mereka kenal.
Orang tua mengajarkan banyak hal kepada anak mereka, baik itu ilmu akademik maupun ilmu untuk menjalani kehidupan secara umum.
Oleh sebab itu orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pola asuh yang diterapkan kepada anak mereka.
Tentu tidak ada orang tua yang ingin gagal saat mengasuh anaknya, setiap orang tua ingin anak mereka menjadi anak yang berhasil dan baik dalam berkelakuan.
Namun, ada banyak pola asuh yang dapat diterapkan oleh orang tua. Sebelum menentukan pola asuh yang tepat, apa saja bekal yang diperlukan oleh orang tua?
Ini dia 5 pemikiran yang harus ditanamkan orang tua dalam mengasuh anak versi NESIATIMES.COM.
1. Setiap anak punya kebebasan untuk memilih.
Kebanyakan orang tua memaksakan hal yang diinginkan oleh dirinya harus selalu dituruti oleh anak-anaknya.
Tanpa disadari setiap orang memiliki hak-hak yang sudah dibawa mereka sejak lahir, termasuk kebebasan untuk memilih.
Jangan menjadi orang tua yang memaksakan kehendak dengan landasan untuk kebaikan sang anak. Anak pun memiliki hak untuk memilih hal yang paling baik untuk hidupnya.
2. Setiap usaha anak patut diapresiasi.
Mungkin tak semua hal yang dilakukan oleh anak akan membuahkan keberhasilan. Namun, kegagalan adalah hal yang sangat wajar dan kerap kali terjadi.
Meskipun mengalami kegagalan, setiap usaha patut untuk diapresiasi. Jangan mencela merendahkan atau sampai menyalahkan sang anak.
Apresiasi yang diberikan tidak perlu berupa barang, dapat dengan pujian, menepuk pundak anak, memeluk anak, dan lain sebagainya.
Mendapatkan apresiasi akan membantu anak untuk lebih bersemangat dan belajar untuk mencintai dirinya sendiri serta lebih menghargai orang lain.
3. Setiap anak adalah anak yang cerdas.
Penting bagi setiap orang tua untuk menanamkan hal ini ke dalam pikiran mereka. Setiap anak memiliki kecerdasan masing-masing.
Tidak semua anak akan menyukai matematika dan tidak semua anak juga menyukai IPA. Jika anak tidak terlalu menyukai pelajaran akademik, mungkin saja ia pandai dalam hal non-akademik’.
Howard Gardner, psikolog dari Universitas Harvad mengemukakan bahwa seharusnya setiap orangtua mengembangkan kecerdasan anak sesuai kecerdasan yang dimilikinya, baik itu kecerdasan verbal-linguistik, logika-matematika, visual-spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, naturalis, atau eksistensial.
4. Setiap anak memiliki kemampuan memproses yang berbeda.
Karena setiap individu merupakan makhluk yang unik, tentu setiap individu akan memiliki cara memproses informasi yang berbeda-beda.
Bahkan kecepatan dalam menerima informasi dan menerapkannya pun akan berbeda.
Ada anak yang lebih cepat menerima dan memproses informasi melewati lagu. Atau mungkin ada anak yang lebih cepat menyerap informasi saat mendengarkan cerita.
Orang tua perlu mengetahui gaya belajar anak sehingga bisa memaksimalkan potensi dan bakat anak.
5.Setiap anak adalah anak yang baik.
Hindari memberi label negatif pada anak. Kebanyakan orang tua dengan mudah mengucapkan kata-kata negatif terhadap sang anak, sehingga membuat dirinya merasa lebih buruk.
Hindari mengucapkan kata-kata seperti nakal, cerewet, bodoh, rewel dan lain sebagainya. Hal tersebut akan membuat anak merasa tidak percaya diri dalam hidupnya.
Sebagai orang tua kita harus memahami bahwa setiap anak yang lahir adalah sebuah kebaikan.
Nah, jadi sudahlah kamu menerapkan pola pikir dan pola asuh di atas sebagai orangtua?
(EFG/MEL)