Mendadak Sejumlah Negara Hentikan Vaksin Moderna, Kemenkes Buka Suara

Mendadak Sejumlah Negara Hentikan Vaksin Moderna, Kemenkes Buka Suara

9 Oktober 2021 Off By Redaksi

NESIATIMES.COM – Sejumlah negara seperti Finlandia, Swedia, Norwegia, dan Denmark telah menghentikan penggunaan vaksin Moderna bagi pria di bawah 30 tahun.

Hal itu, lantaran salah satu dari berbagai jenis vaksin Covid-19 itu menimbulkan efek samping kardiovaskular atau peradangan jantung.

Menanggapi kabar tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi angkat bicara.

Dia menyatakan, sejumlah lembaga terkait di Indonesia masih merekomendasi penggunaan vaksin Moderna bagi masyarakat berusia di atas 18 tahun.

“Moderna masih dapat digunakan untuk vaksinasi pada usia lebih dari 18 tahun,” ujarnya, Jumat (8/10/2021).

Lembaga tersebut, lanjutnya, termasuk Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) serta Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Kemudian, Nadia juga menjelaskan bahwa Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat telah mengawasi efek samping vaksin Moderna.

Dia menuturkan pihak CDC AS juga me-monitoring terkait efek samping berupa radang pada jaringan jantung atau selaput jantung 

“Terkait radang pada jaringan jantung atau selaput jantung, ini sudah juga (menjadi) efek samping yang di-monitoring oleh CDC Amerika,” jelasnya.

Selain itu, Nadia juga mengungkapkan bahwa sampai saat ini belum ada temuan efek samping kardiovaskular akibat vaksin Moderna di Indonesia.

Namun, pihaknya bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Komnas KIPI terus melakukan pemantauan terkait hal tersebut.

Sebelumnya, pada Rabu (6/10/2021), pejabat kesehatan Swedia menangguhkan penggunaan vaksin Moderna bagi penduduk dewasa dan anak-anak.

Kendati demikian, regulator di Amerika Serikat, Uni Eropa serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap manfaat vaksin tersebut.

Menurut mereka, manfaat vaksin berbasis teknologi mRNA buatan Moderna dan Pfizer/BioNtech masih lebih lebih besar dibanding risiko dalam mencegah Covid-19.

(Mel/Rah).