Kisah Seorang Pendeta yang Selamatkan 200 Orang Warga di Wamena Saat Kerusuhan
5 Oktober 2019JAKARTA – Jefri Tanjung (60), warga Sumatera Barat (Sumbar) yang eksodus dari Wamena, menceritakan detik-detik penyerangan yang dialaminya. Dia sempat dikepung penyerang dan diselamatkan seorang pendeta.
“Itu (penyerang) dari lembah, keluar dari lembah, mereka bawa panah, molotov, katapel dikasih paku, batu juga,” kata Jefri kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10/2019).
Jefri mengatakan saat itu pukul 08.30 WIT, 23 September. Sekelompok massa datang menyerang. Ia mengaku mendengar ancaman dari penyerang yang datang dari gunung.
“Iya langsung semuanya datang, itu mereka bilang ‘bunuh, bakar, cincang, bunuh, bakar, cincang’ begitu, apa kita nggak takut?” ucap Jefri.
Jefri juga mengaku sempat dikepung oleh massa penyerang dari depan, belakang, dan atas rumah. Kemudian, ia memutuskan menyelamatkan diri menuju gereja yang ada di belakang rumahnya.
“Saya lari ke gereja, pas belakang gereja, itu ada pendeta masuk, itu yang melarang mereka. Itu di dalam ada campur kita orang Padang dan orang Madura ada 200 orang. Tapi selamat semua, karena pendeta yang jaga selamat semua,” ujarnya.
Kerusuhan di Wamena menyebabkan 10 warga Sumatera Barat tewas. Delapan di antaranya dimakamkan di kampung halaman di Kabupaten Pesisir Selatan, sementara dua lainnya dimakamkan di Papua.
Sebelumnya, 51 warga Sumbar yang eksodus dari Wamena tiba dengan pesawat Hercules jenis C130 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (3/10) pukul 16.45 WIB. Mereka selanjutnya akan diberangkatkan lagi menuju Sumbar.
(EFG/detikcom)