Menag Mantul! Cadar itu Budaya Arab, Nggak ada Hubungannya dengan Keimanan
31 Oktober 2019Indonesia sudah mulai bersih-bersih dan beberes. Benar-benar mantul langkah Fachrul Razi Menteri Agama (Menag) yang mewacanakan pelarangan penggunaan cadar atau nikab di instansi pemerintah. Menurutnya, pemakaian cadar atau nikab itu bagian dari budaya Arab, jadi tidak ada kaitannya dengan kualitas keimanan seseorang.
“Nikab itu tidak ada ayatnya yang menganjurkan memakai nikab, tapi juga tidak ada yang melarang. Tapi kita ingin menggarisbawahi bahwa pemakaian nikab itu tidak ada kaitannya dengan kualitas keimanan atau ibadah seseorang,” kata Fachrul dalam Lokakarya Peningkatan Peran dan Fungsi Imam Tetap Masjid di Hotel Best Western, Mangga Dua Selatan, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019). Dikutip dari detik.com.
Puji Tuhan, Alhamdulillah dan terimakasih sangat Pak Fachrul. Rindu banget melihat Indonesia yang asli, bukan Indonesia ala Arab, atau Arab ala Indonesia. Sebagai non-Muslim terus terang saja penulis suka risih sendiri kalau melihat mereka kaum bercadar ini. Maaf, jangan tersinggung tetapi setiap kali melihat mereka kok ngeri yah. Di otak ini kepikirannya mereka ini radikalis, teroris, dan pemberontak.
Mengenai pemakaian cadar ini pun tidak resmi dilarang, hanya diingatkan bahwa cadar adalah budaya Arab! Tetapi, untuk pemakaian di instansi pemerintah, memang resmi dilarang. Mengingat ini berbahaya jika dilihat dari segi keamanan karena kondisi yang serba tertutup.
Gamblang ditegaskan oleh Fachrul bahwa cadar itu bagian dari budaya beberapa suku di Arab, bahkan kini pun di Arab hanya sedikit yang masih menggunakan cadar. Konyolnya, orang Indonesia berasa dirinya lebih Arab dari Arab. Kenapa demikian, karena ketika naik haji atau umrah justru orang Indonesia yang banyak memakai cadar. Koplak!
Rancunya orang Indonesia yang begitu mendewakan Arab, tetapi justru menduakan agama, dan lupa dirinya orang Indonesia yang beragama Islam. Sangking maboknya sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan Arab langsung saja nyamber kayak petasan diidentikkan dengan agama. Padahal agama dan budaya adalah dua hal yang berbeda. Itulah sebabnya, jangan rancu, karena mengenai pemakaian cadar tidak bisa dijadikan ukuran keimanan atau ketakwaan seseorang. Nggak mesti kalau orang berjilbab tanpa cadar lalu artinya masih di level kacang. Hahah…kacau banget kalau pemahamanya seperti itu!
Menag Fachrul juga memandang perlu untuk menegaskan bahwa tidak ada tempat untuk khilafah di negeri ini. Mengingatkan kepada kita semua bahwa semua negara berdaulat, tidak ada yang menerima khilafah dan bahkan justru dianggap sebagai musuh semua negara.
Jadi janganlah Indonesia menjadi konyol, membuka pintu dan membiarkan khilafah hidup subur di negeri ini. Percayaan saja dengan omongan dari ustad-ustad yang merasa diri mereka si pemilik kunci surga. Padahal kenyataannya mereka nggak lebih hanya mencuci otak saja. Termasuk soal khilafah yang lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
“Saya harap bapak-bapak imam bisa sejalan dengan kita. Tidak usah lagi, ya tapi ada ayat yang diberikan kepada Nabi Adam begini bunyinya, kepada Nabi Daud bunyinya begini-begini, sudah selesai itu. Kalau diperdebatkan tidak akan ada kesepakatannya. Tapi buat kita kemudaratannya lebih banyak daripada manfaatnya,” ujarnya.
Bukan pekerjaan yang ringan memang untuk memperbaiki kerusakan yang nyaris mengakar di sebagian kaum Muslim di Indonesia. Banyak dari mereka yang menelan bulat-bulat setiap dakwah yang disampaikan oleh imam-imam masjid. Padahal tidak sedikit dari para imam tersebut abal-abal dan melakukan pembodohan massal. Berlahan tanpa disadari paham khilafah disisipkan dalam dakwah-dakwah garis keras. Itulah alasannya Fachrul tegas mengatakan bahwa tidak ada tempat untuk khilafah di negeri ini.
“Saya sudah mulai lakukan secara tegas kita katakan khilafah tidak boleh ada di Indonesia. Memang kalau ngomong khilafah ini kan kalau dilihat dari aspek-aspek Alquran atau hadis-hadis dan lain sebagainya memang kontroversial. Kalau kita berdebat nggak akan selesai-selesai,” kata Fachrul dalam sambutannya.
Nggak bisa kita pungkiri kenyataan ustad abal-abal dan dakwahnya telah “mencuci” otak sedemikian rupa cara berpikir sebagian saudara Muslim kita. Sehingga agama yang seharusnya mengajarkan kebaikan justru berubah menjadi bibit kebencian, dan disaat bersamaan budaya Arab tidak lagi mempengaruhi budaya Indonesia, malah mengerikannya menghilangkan identitas Indonesia itu sendiri.
Mengingatkan kembali, kita ini orang Indonesia dan bukan orang Arab. Jadi sebaiknya peluklah Islam dan jadilah muslim tanpa harus menjadi orang Arab.
Artikel ini telah tayang juga di Seword.com
Link Sumber: https://seword.com/umum/menag-mantul-cadar-itu-budaya-arab-nggak-ada-UI3sN5xZTd