Reaksi Mengejutkan IDI Atas Viralnya Dokter Lois Sebut Tak Percaya COVID-19

Reaksi Mengejutkan IDI Atas Viralnya Dokter Lois Sebut Tak Percaya COVID-19

12 Juli 2021 Off By Redaksi

NESIATIMES.COM – Terkait viralnya pernyataan dokter Lois Owien soal Covid-19, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) akan mengambil tindakan.

Tindak cepat IDI dengan memanggil dokter Lois merupakan respons dari pernyataan yang tidak sesuai dengan realita yang ada di lapangan.

“MKEK sedang panggil yang bersangkutan,” ucap Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Daeng M Faqih, Minggu (11/7/2021).

Sebelumnya, dalam acara yang Hotman Paris pandu, dr Lois menyatakan bahwa masyarakat meninggal bukan karena virus.

“Interaksi antar obat. Kalau buka data di rumah sakit, itu pemberian obatnya lebih dari enam macam,” kata dokter Lois.

Merespons pernyataan itu, Daeng menerangkan bahwa tidak ada laporan terkait kondisi pasien yang memburuk akibat interaksi obat.

Penjelasan Ahli

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, menjelaskan bahwa interaksi obat sangat mungkin untuk terjadi.

Pada Minggu (11/7/2021), Prof Zullies menjelaskan bahwa interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain.

Hal tersebut terjadi ketika seorang pasien mengonsumsi obat secara bersama-sama.

Bahkan, orang dengan satu penyakit saja, rata-rata ada pasien yang membutuhkan lebih dari satu macam obat.

Prof Zullies menekankan bahwa tidak semua interaksi obat itu berbahaya atau merugikan.

Karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis, bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain.

Contohnya pada pasien dengan hipertensi yang meski merupakan satu jenis penyakit namun membutuhkan lebih dari satu obat.

Seringkali penderita hipertensi menerima dua atau tiga jenis obat anti hipertensi jika satu obat tidak dapat memberi efek kontrol pada penyakit tersebut.

Lebih lanjut, Prof Zullies mengatakan interaksi obat dapat merugikan apabila suatu obat menyebabkan obat lain tidak berefek, atau memiliki efek samping yang sama.

Misalnya obat hidroksiklorokuin yang sempat diajukan sebagai terapi pengobatan pasien Covid-19.

Efek sampingnya dapat memengaruhi ritme jantung, dan akan merugikan jika pasien mengonsumsi obat yang sama-sama memiliki efek serupa.

Demikian juga obat untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan yaitu obat antivirus, vitamin atau obat anti gejala.

Namun, kata Prof Zullies, pasien dapat menghindari interaksi obat-obat tersebut dengan mengatur cara penggunaan atau mengurangi dosis. 

(Mel/Ana)