Tak Disangka! 3 Desa di Indonesia Ini Tolak Aliran Listrik, Alasannya di Luar Dugaan, Oh
10 November 2023NESIATIMES.COM – Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat setiap harinya seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Namun, ternyata ada tiga desa di Indonesia yang justru santai dan menolak modernisasi.
Bahkan, di desa-desa tersebut belum dialiri listrik dan mereka tidak menuntut pemerintah untuk memasok listrik ke daerahnya.
Merangkum dari berbagai sumber, Jumat (10/11/2023), berikut adalah tiga desa yang menolak wilayahnya dialiri listrik:
1. Kampung Naga
Kampung Naga yang berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu desa yang menolak adanya aliran listrik di wilayah mereka.
Baca Juga:
Bahkan mayoritas dari mereka juga menolak modernisasi terkait peralatan masak.
Mereka lebih memilih untuk menggunakan tungku dan kayu bakar daripada memasak menggunakan kompor gas.
Selain aturan di atas, masyarakat Kampung Naga juga memiliki beberapa aturan adat lain.
Salah satunya adalah aturan dalam memasuki hutan keramat yang berada di seberang sungai Ciwulan.
Konon katanya, siapa pun dilarang menapaki hutan itu, kecuali untuk keperluan pengobatan.
Namun ada syaratnya, yaitu salah satu kaki harus tetap terendam di sungai Ciwulan.
Baca Juga:
Selain itu, jumlah rumah di Kampung Naga tidak boleh bertambah.
Itu artinya hanya ada 112 bangunan di Kampung Naga termasuk masjid, balai pertemuan, dan Bumi Ageung.
Bumi Ageung merupakan sebuah rumah yang disakralkan oleh masyarakat adat Kampung Naga dan hanya pengurus adat saja yang bisa memasukinya.
2. Desa Adat Ammatoa
Desa selanjutnya adalah desa dari wilayah Tana Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan bermama Ammatoa.
Rumah penduduk Ammatoa berbahan dasar kayu dengan bentuk panggung memanjang.
Kemudian, di desa ini masih belum ada kendaraan mesin karena jauh dari modernisasi.
Baca Juga:
Salah saty ciri khas dari warga desa ini adalah kerap memaki warna hitam.
Warna khas masyarakat setempat ini ternyata menyimpan filosofi hidup tersendiri.
Hitam dimaknai sebagai perjalanan hidup seseorang dari gelapnya rahim di kandungan ibu kembali ke gelapnya liang kubur saat meninggal.
Dalam kesehariannya, masyarakat menggunakan pakaian berwarna hitam baik dari sarung, baju, hingga penutup kepala.
Bahkan pakaian anak SD Desa Adat Ammatoa juga menggunakan warna hitam sebagai warna dasar bawahan.
Baca Juga:
3. Desa Adat Baduy Dalam
Desa Adat Baduy Dalam tentu sudah tak asing di telinga kita.
Bermukim di Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, desa ini memegang teguh aturan adat tentang hidup tanpa listrik.
Meskipun demikian, masih banyak hal unik yang bisa dikulik dari Baduy Dalam ini.
Salah satunya adalahrumahnya yang masih sangat tradisional di mana hanya menggunakan bahan kayu dan bambu.
Meski demikian, rumah di sana terbilang kokoh.
Selain itu, posisi rumah harus menghadap ke utara atau selatan ketika membangun rumah di sana.
Alasannya pun masih menjadi misteri.
Namun, hal ini telah menjadi kearifan lokal yang sudah dijaga sejak dulu.
Selain itu, peralatan yang digunakan dalam keseharian masih tradisional.
Bahkan sama seperti Ammatoa, Baduy Dalam juga menutup akses kendaraan mesin.
Kononnya, pakaian yang dipakai Suku Baduy Dalam hanya berwarna hitam dan putih, dan harus dijahit sendiri atau ditenun.
Yuk! baca artikel menarik lainnya dari NESIATIMES.COM di GOOGLE NEWS
Baca Juga:
(Tar/Ana).